Minggu, 21 Juni 2009

PERNYATAAN SIKAP KAMMI Menyikapi Suksesi Kepemimpinan Nasional 2009

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.


Momentum Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 adalah agenda strategis kita sebagai sebuah bangsa. Kejernihan suara rakyat lantang menyuarakan kepada kita semua agar momentum strategis ini mengarah kepada kemenangan rakyat di atas kemenangan partai, golongan maupun pasangan Capres-Cawapres.

Momentum ini juga merupakan sebuah kesempatan did alam ruang sejarah kita untuk mencipatakan tatanan demokrasi yang substansial dengan lahirnya pemimpin bangsa yang memiliki sikap kenegarawanan sehingga mampu memimpin masyarakat Indonesia meraih cita-citanya sebagai bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.

Melalui momentum strategis ini maka dengan ini Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menyatakan sikap:

  1. KAMMI tetap berpijak pada fatsun gerakan mahasiswa sebagai gerakan indepeden yang tidak memenangkan pasangan manapun kecuali memenangkan suara rakyat.
  2. KAMMI mendorong berlangsungnya proses demokrasi secara sehat, dewasa, sportif, menjunjung tinggi etika dan moralitas serta berjiwa negarawan.
  3. KAMMI menyerukan kepada seluruh pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan permusuhan dan perpecahan sebagai sesama anak bangsa.
  4. KAMMI mendesak KPU sebagai penyelanggara PEMILU Presiden untuk menegakkan profesionalitas dan netralitas sehingga tidak mencederai demokrasi.
  5. KAMMI menyeru kepada masyarakat agar dapat menggunakan hak pilihnya dan menjadi pemilih kritis, proaktif, selektif dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Demikian pernyataan sikap ini KAMMI sampaikan sebagai bagian dari generasi baru rakyat Indonesia yang memiliki mimpi dan kesungguhan untuk berjuang mewujudkan kejayaan Indonesia. Salam Perjuangan!

Wassalammualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Jakarta, 18 Juni 2009

Pengurus Pusat KAMMI Periode 2008-2010

Rijalul Imam, S.Hum., M.Si

Ketua Umum

Keikhlasan Dalam Proses Regenerasi Kepemimpinan

Oleh Syamsul Ma’arief

Ketua Umum KAMMI Daerah Bandung periode 2008-2010

Bismillah…

“…Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim…”
(QS Ali Imran : 140)

Malam kemarin (16/06) saya membaca status yang ditulis oleh seorang qiyadah di sebuah organisasi. Isinya ucapan perpisahan kepada seluruh orang yang telah memberinya dukungan dan doa selama beliau menjabat sebagai pimpinan tertinggi organisasi tersebut. Sangat dewasa, gentle, dan menggambarkan mental negarawan. Beragam tanggapan pun berdatangan, mulai dari yang salut, sakit hati, bahkan sampai mencaci maki pihak yang telah mengkudetanya.

Sebelum menanggapi hal tersebut, ada baiknya kita renungkan kembali peringatan dari Allah SWT :

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maa’idah : 8)


Regenerasi kepemimpinan adalah suatu hal yang niscaya dalam sebuah organisasi. Baik dengan jalur formal maupun informal. Ada yang lengser karena memang habis masa jabatannya, ada juga yang dilengserkan sebelum waktunya karena telah melanggar anggaran dasar dari organisasi tersebut. Untuk cara yang pertama, mungkin suatu hal yang biasa, tapi tidak dengan cara yang kedua. Pelengseran sebelum waktunya pasti akan menyisakan rasa sakit hati, marah, kecewa, bahkan dendam. Mungkin sang qiyadah sudah ikhlas atas keputusan tersebut, tapi mungkin tidak dengan para pengikut atau pendukungnya.


Maka diperlukan suatu kedewasaan dalam bersikap. Tidak selamanya hal yang kita anggap baik, bermakna baik pula di hadapan Allah. Begitupun sebaliknya.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah : 216)


DR. Aidh Abdullah Al Qarni dalam salah satu tulisannya mengatakan bahwa berapa banyak sebuah bencana yang kemudian berubah menjadi anugerah kenikmatan. Senantiasa ada kebaikan dalam suatu keadaan yang tidak disukai. Dahulu, orang tua kita Adam A.S. pernah memakan buah dari sebuah pohon dan ia menentang perintah Rabbnya. Karena pelanggaran itu, ia pun diturunkan dari surga ke muka bumi. Secara lahir, peristiwa ini menyebutkan bahwa Adam meninggalkan sesuatu yang sudah sangat baik dan benar. Adam dalam kisah itu eksplisit terjerumus dalam suatu keburukan. Tapi ternyata, akibat dari peristiwa itu justru kebaikan yang luar biasa, dan karunia yang sangat agung.


Allah SWT kelak menerima taubatnya, lalu memberi petunjuk kepada Adam A.S., dan memilihnya menjadi seorang Nabi yang kelak menjadi rahim lahirnya keturunan para Nabi, para Rasul, para ulama, para syuhada, para wali, para mujahidin, para ahli ibadah, dan lainnya. Subhanallah, maha suci Allah…


Maka kini yang diperlukan adalah suatu keikhlasan dalam beramal, kelapangan dalam memaafkan, dan kecintaan dalam berukhuwah. Karena bukankah kita semua bersaudara?

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al Hujuraat : 10 )


Dan yang terpenting adalah peningkatan ketakwaan kepada Allah SWT. Karena hanya dengan takwa lah kita semua akan mendapat rahmatNya. Kemudian dari rahmatNya lah kita akan dimasukkan ke dalam surgaNya. Tujuan hakiki kita.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman. Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (QS Al Hijr : 45-48)


Sebagai penutup, saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengutip apa yang dikatakan oleh Nabi Allah Musa A.S., sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur’an :


Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang."
(QS Al A’raaf : 151)

Wallahua’lam bishshowwab… Alhamdulillah…

Bandung, 17 Juni 2009

Senin, 08 Juni 2009

DILEMA

DILEMA


"...seorang kader tidak harus mengikuti seluruh keputusan jamaah..tapi ia WAJIB menghormati seluruh keputusan jamaah..."


Nasi sudah menjadi bubur, tak ada gunanya menyesali apa yang terjadi. lebih baik kita sekarang bersama-sama berkreasi agar bubur itu bisa menjadi bubur spesial. ya, tinta telah mengering, dan keputusan sudah diambil. maka kini saatnya bagi kita untuk melaksanakan keputusan tersebut. bukan malah terus-terusan protes dan sibuk mencari alasan. bahkan bersikap seakan-akan kita lebih baik dan lebih paham dari mereka.

Al fahmu memang penting. al 'ilmu qobla 'amal katanya. tapi beramala juga tidak kalah pentingnya. tidak semua hal bisa dirasionalisasikan dengan akal. bahkan banyak hal yang berada di luar nalar manusia. kita hanya perlu mengimaninya, dan kemudian mengamalkannya.

Kalo seandainya Nabi Nuh banyak bertanya mengapa ia diperintahkan membuat kapal besar di tengah padang pasir yang gersang, niscaya ia pun akan ikut terbawa bencana air bah tersebut. kalo seandainya Nabi Musa banyak bertanya untuk apa tongkatnya dipukulkan ke sisi lautan, niscaya ia dan para pengikutnya akan tewas di tangan Firaun. maka sudah bukan waktunya lagi kita banyak bertanya. berpikirlah secara dewasa. jadikan iman dan ukhuwah sebagai landasan. semoga beroleh berkah. wallahua'lam...

Senin, 01 Juni 2009

Awal Sebuah Langkah

Bismillah...

“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...” (QS Ar-Ra’d : 11)


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang atas karunia-Nya lah kita masih diberikan nikmat iman, nikmat Islam dan juga segala nikmat lainnya yang seringkali tidak kita sadari. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan kita semua, Muhammad Rasulullah SAW, manusia biasa dengan misi yang sangat luar biasa.


Saudaraku, betapa segala realita kehidupan yang tampak pada hari ini telah mengajarkan kepada kita semua, bahwa umat muslim sedang berada pada titik nadirnya. Di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, bahkan sampai pada bidang pertahanan dan keamanan sekalipun, umat muslim masih berada di bawah dominasi orang-orang dzalim.


Lalu apakah yang masih bisa diharapkan dari sebuah umat yang telah digerogoti oleh berbagai penyakit ganas dalam semua aspek kehidupannya ini? Ada diktatorisme dan perpecahan antar golongan dalam berpolitik, ada dominasi asing dalam berekonomi, ada atheisme dan hedonisme dalam kehidupan bermasyarakat, pembodohan dalam sistem pendidikan, permainan kepentingan dalam dunia hukum, apatisme dari orang terdidik, kebakhilan dari orang kaya, dan juga keserakahan dari para penguasa, serta masih banyak lagi gejala memprihatinkan lainnya.


Tapi sesungguhnya keprihatinan ini tidak akan bertahan selamanya. Karena roda kehidupan ini akan terus berputar. Sebagaimana Allah kabarkan dalam Surat Al Insyirah ayat 5-6 :

“...Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan... ”


Maka begitulah fitrah kehidupan. Bahwa setelah malam yang begitu pekat, insya Allah akan segera diikuti dengan munculnya cahaya fajar yang menerangi alam semesta.

Saudaraku, oleh karena itu janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah. Janganlah kita pesimis dalam menghadapi permasalahan umat ini. Karena Allah telah menjanjikan kebaikan bagi setiap orang ataupun umat, yang senantiasa menyiapkan diri untuk menyambut datangnya momentum kebangkitan itu. Lalu siapakah gerangan orang ataupun golongan yang akan menjadi inspirator bahkan pengusung dari momentum kebangkitan ini?!


Jawabannya adalah PEMUDA!! Bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang. Bahwa di tangan pemuda lah tertumpu segala mimpi dan harapan umat ini. Maka KAMMI sebagai suatu organisasi pergerakan pemuda Islam, harus mengambil peranan penting dalam mewujudkan harapan umat ini. KAMMI harus menjalankan fungsinya tidak hanya sebagai Agen Perubahan (Agent of Change) tapi juga sebagai Pengarah Perubahan (Direct f Change).


Maka, sudah semestinya KAMMI mulai merencanakan Grand Design dalam mengusung gerakannya di masa yang akan datang. Dalam aspek internal, sebagai organisasi berbasis kampus, maka KAMMI harus menjadi suatu lembaga yang menjadi basis kaderisasi siyasi kampus itu sendiri. Ketika KAMMI telah menjadi basis kaderisasi siyasi kampus ini, maka diharapkan kader-kadernya akan menjadi akselerator dalam membangun imperium dakwah di kampus. Realisasi amalnya adalah setiap kader KAMMI dapat secara aktif berperan dalam membangun struktur Student Government dengan berkontribusi langsung dalam lembaga kemahasiswaan yang ada.


Dengan kehadiran kader KAMMI di lembaga kemahasiswaan ini, maka setiap kader KAMMI akan mendapatkan stigma positif sebagai elemen mahasiswa yang merupakan representasi dari masyarakat kampus. Dalam konteks logika kepentingan, maka setiap orang ataupun lembaga yang dapat merasakan manfaat dari kehadiran KAMMI maka mereka merupakan aset rekrutmen dari golongan ammah dalam menambah kekokohan bangunan dakwah ini.


Sedangkan dalam aspek eksternal, sebagai gerakan ekstra parlementer, maka KAMMI harus menjadi suatu organ kritis dalam mengawal setiap kebijakan yang ada, baik dari lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Akan tetapi, dalam tataran eksekusi maka KAMMI tidak dapat bergerak sendirian. Maka KAMMI juga harus mulai merekonstruksi basis jaringan di setiap lapisannya, antara lain jaringan elit politik, tokoh, pakar, gerakan maupun media massa. KAMMI harus menjadi lokomotif gerakan bagi setiap jaringan ini. Dengan kuatnya jaringan ini, maka diharapkan dapat semakin memperkuat barisan kekuatan yang dimiliki. Dan yang paling penting, KAMMI pun jangan sampai melupakan perhatiannya pada masyarakat secara langsung. Baik melalui sarana advokasi, maupun pencerdasan kepada masyarakat.


Saudaraku, teruslah tanamkan pemahaman ini sebagai sebuah keyakinan dalam hati-hati kita, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hati-hati kita pun dapat bersatu di bawah naungannya. Jangan hanya jadi penonton, tapi bersegeralah mengambil peran. Karena dari tangan kita lah kebangkitan umat ini akan niscaya. Semoga Allah senantiasa bersama mukhlisin. Terus optimalkan ikhtiar kita, dan selebihnya biar Allah yang memenangkan urusan-Nya. Wallahu a’lam. Alhamdulillah..