Minggu, 12 Juli 2009

Hidayah Bagi Eksekutor Sayyid Qutb

ikhwah fillah, betapa kisah ini menggetarkan hati saya..kekuatan iman dan akidah yang tidak tergoyahkan..beliau telah membuktikan jihadnya dengan pengorbanan nyawanya..lalu bagaimanakah dengan kita..??semoga bisa menjadi motivasi awal bagi kita untuk terus istiqamah di jalan dakwah ini..selamat mengambil hikmah..

.......
Ulama, da’i, serta para penyeru Islam yang mempersembahkan nyawanya di Jalan Allah, atas dasar ikhlash kepadaNya, sentiasa ditempatkan Allah sangat tinggi dan mulia di hati segenap manusia.

Di antara da’i dan penyeru Islam itu adalah Syuhada (insya Allah) Sayyid Qutb. Bahkan peristiwa eksekusi matinya yang dilakukan dengan cara digantung, memberikan kesan mendalam dan menggetarkan bagi siapa saja yang mengenal Beliau atau menyaksikan sikapnya yang teguh. Di antara mereka yang begitu tergetar dengan sosok mulia ini adalah dua orang polisi yang menyaksikan eksekusi matinya (di tahun 1966).

Salah seorang polisi itu mengetengahkan kisahnya kepada kita:

Ada banyak peristiwa yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya, lalu peristiwa itu menghantam kami dan merubah total kehidupan kami.

Di penjara militer pada saat itu, setiap malam kami menerima orang atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tua maupun muda. Setiap orang-orang itu tiba, atasan kami menyampaikan bahwa orang-orang itu adalah para pengkhianat negara yang telah bekerja sama dengan agen Zionis Yahudi. Karena itu, dengan cara apapun kami harus bias mengorek rahasia dari mereka. Kami harus dapat membuat mereka membuka mulut dengan cara apapun, meski itu harus dengan menimpakan siksaan keji pada mereka tanpa pandang bulu.

Jika tubuh mereka penuh dengan berbagai luka akibat pukulan dan cambukan, itu sesuatu pemandangan harian yang biasa. Kami melaksanakan tugas itu dengan satu keyakinan kuat bahwa kami tengah melaksanakan tugas mulia: menyelamatkan negara dan melindungi masyarakat dari para “pengkhianat keji” yang telah bekerja sama dengan Yahudi hina.

Begitulah, hingga kami menyaksikan berbagai peristiwa yang tidak dapat kami mengerti. Kami mempersaksikan para ‘pengkhianat’ ini sentiasa menjaga shalat mereka, bahkan sentiasa berusaha menjaga dengan teguh qiyamullail setiap malam, dalam keadaan apapun. Ketika ayunan pukulan dan cabikan cambuk memecahkan daging mereka, mereka tidak berhenti untuk mengingat Allah. Lisan mereka sentiasa berdzikir walau tengah menghadapi siksaan yang berat.

Beberapa di antara mereka berpulang menghadap Allah sementar ayunan cambuk tengah mendera tubuh mereka, atau ketika sekawanan anjing lapar merobek daging punggung mereka. Tetapi dalam kondisi mencekam itu, mereka menghadapi maut dengan senyum di bibir, dan lisan yang selalu basah mengingat nama Allah.

Perlahan, kami mulai ragu, apakah benar orang-orang ini adalah sekawanan ‘penjahat keji’ dan ‘pengkhianat’? Bagaimana mungkin orang-orang yang teguh dalam menjalankan perintah agamanya adalah orang yang berkolaborasi dengan musuh Allah?

Maka kami, aku dan temanku yang sama-sama bertugas di kepolisian ini, secara rahasia menyepakati, untuk sedapat mungkin berusaha tidak menyakiti orang-orang ini, serta memberikan mereka bantuan apa saja yang dapat kami lakukan. Dengan ijin Allah, tugas saya di penjara militer tersebut tidak berlangsung lama. Penugasan kami yang terakhir di penjara itu adalah menjaga sebuah sel di mana di dalamnya dipenjara seseorang. Kami diberi tahu bahwa orang ini adalah yang paling berbahaya dari kumpulan ‘pengkhianat’ itu. Orang ini adalah pemimpin dan perencana seluruh makar jahat mereka. Namanya Sayyid Qutb.

Orang ini agaknya telah mengalami siksaan sangat berat hingga ia tidak mampu lagi untuk berdiri. Mereka harus menyeretnya ke Pengadilan Militer ketika ia akan disidangkan. Suatu malam, keputusan telah sampai untuknya, ia harus dieksekusi mati dengan cara digantung.

Malam itu seorang sheikh dibawa menemuinya, untuk mentalqin dan mengingatkannya kepada Allah, sebelum dieksekusi.

(Sheikh itu berkata, “Wahai Sayyid, ucapkanlah Laa ilaha illa Allah…”. Sayyid Qutb hanya tersenyum lalu berkata, “Sampai juga engkau wahai Sheikh, menyempurnakan seluruh sandiwara ini? Ketahuilah, kami mati dan mengorbankan diri demi membela dan meninggikan kalimat Laa ilaha illa Allah, sementara engkau mencari makan dengan Laa ilaha illa Allah”. Pent)

Dini hari esoknya, kami, aku dan temanku, menuntun dan tangannya dan membawanya ke sebuah mobil tertutup, di mana di dalamnya telah ada beberapa tahanan lainnya yang juga akan dieksekusi. Beberapa saat kemudian, mobil penjara itu berangkat ke tempat eksekusi, dikawal oleh beberapa mobil militer yang membawa kawanan tentara bersenjata lengkap.

Begitu tiba di tempat eksekusi, tiap tentara menempati posisinya dengan senjata siap. Para perwira militer telah menyiapkan segala hal termasuk memasang instalasi tiang gantung untuk setiap tahanan. Seorang tentara eksekutor mengalungkan tali gantung ke leher Beliau dan para tahanan lain. Setelah semua siap, seluruh petugas bersiap menunggu perintah eksekusi.

Di tengah suasana ‘maut’ yang begitu mencekam dan menggoncangkan jiwa itu, aku menyaksikan peristiwa yang mengharukan dan mengagumkan. Ketika tali gantung telah mengikat leher mereka, masing-masing saling bertausiyah kepada saudaranya, untuk tetap tsabat dan shabr, serta menyampaikan kabar gembira, saling berjanji untuk bertemu di Surga, bersama dengan Rasulullah tercinta dan para Shahabat. Tausiyah ini kemudian diakhiri dengan pekikan, “ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD!” Aku tergetar mendengarnya.

Di saat yang genting itu, kami mendengar bunyi mobil datang. Gerbang ruangan dibuka dan seorang pejabat militer tingkat tinggi datang dengan tergesa-gesa sembari memberi komando agar pelaksanaan eksekusi ditunda.

Perwira tinggi itu mendekati Sayyid Qutb, lalu memerintahkan agar tali gantungan dilepaskan dan tutup mata dibuka. Perwira itu kemudian menyampaikan kata-kata dengan bibir bergetar, “Saudaraku Sayyid, aku datang bersegera menghadap Anda, dengan membawa kabar gembira dan pengampunan dari Presiden kita yang sangat pengasih. Anda hanya perlu menulis satu kalimat saja sehingga Anda dan seluruh teman-teman Anda akan diampuni”.

Perwira itu tidak membuang-buang waktu, ia segera mengeluarkan sebuah notes kecil dari saku bajunya dan sebuah pulpen, lalu berkata, “Tulislah Saudaraku, satu kalimat saja… Aku bersalah dan aku minta maaf…”

(Hal serupa pernah terjadi ketika Ustadz Sayyid Qutb dipenjara, lalu datanglah saudarinya Aminah Qutb sembari membawa pesan dari rejim thowaghit Mesir, meminta agar Sayyid Qutb sekedar mengajukan permohonan maaf secara tertulis kepada Presiden Jamal Abdul Naser, maka ia akan diampuni. Sayyid Qutb mengucapkan kata-katanya yang terkenal, “Telunjuk yang sentiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap shalatnya, menolak untuk menuliskan barang satu huruf penundukan atau menyerah kepada rejim thowaghit…”. Pent)

Sayyid Qutb menatap perwira itu dengan matanya yang bening. Satu senyum tersungging di bibirnya. Lalu dengan sangat berwibawa Beliau berkata, “Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah bersedia menukar kehidupan dunia yang fana ini dengan Akhirat yang abadi”.

Perwira itu berkata, dengan nada suara bergetar karena rasa sedih yang mencekam, “Tetapi Sayyid, itu artinya kematian…”

Ustadz Sayyid Qutb berkata tenang, “Selamat datang kematian di Jalan Allah… Sungguh Allah Maha Besar!”

Aku menyaksikan seluruh episode ini, dan tidak mampu berkata apa-apa. Kami menyaksikan gunung menjulang yang kokoh berdiri mempertahankan iman dan keyakinan. Dialog itu tidak dilanjutkan, dan sang perwira memberi tanda eksekusi untuk dilanjutkan.

Segera, para eksekutor akan menekan tuas, dan tubuh Sayyid Qutb beserta kawan-kawannya akan menggantung. Lisan semua mereka yang akan menjalani eksekusi itu mengucapkan sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan untuk selama-lamanya… Mereka mengucapkan, “Laa ilaha illah Allah, Muhammad Rasulullah…”

Sejak hari itu, aku berjanji kepada diriku untuk bertobat, takut kepada Allah, dan berusaha menjadi hambaNya yang sholeh. Aku sentiasa berdoa kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosaku, serta menjaga diriku di dalam iman hingga akhir hayatku.
.......................


Diambil dari kumpulan kisah: “Mereka yang kembali kepada Allah”
Oleh: Muhammad Abdul Aziz Al Musnad
Diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Amin Taufiq.

Courtesy: Al Firdaws English Forum
http://www.arrahmah.com
sayyid qutb dalam madrasah jihad

TIPS MENCARI JODOH (1)

teruntuk para pejuang cinta yang masih kebingungan dalam mencari pasangan hidup..
(teman2ku di SMA)

alhamdulillah..segala puji bagi Allah yang telah menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan..Dzat maha sempurna yang telah menciptakan pasangan tersebut sebagai penyejuk hatinya..

sob, tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, menceramahi ataupun memvonis bahwa saya lah yang paling baik dan ideal..demi Allah bukan..tapi ini hanyalah sebuah ikhtiar kecil untuk berbagi pengalaman dan juga sedikit ilmu tentang dunia percintaan..

kalo untuk masalah pengembaraan di dunia percinaan mah..eh salah..percintaan maksudnya..mungkin banyak lah yang lebih jago..=D saya hanya nulis berdasarkan pengalaman orang2 yang ada di sekitar saya..jadi mohon bimbingannya dari para master cinta..=D

OK, tips pertama adalah "carilah emas di toko emas"
maksudnya adalah, kita selama ini ingin dapet pasangan nu bageur jeung solehah..komo mun geulis jeung beunghar mah (saha sih nu teu daek..??)..tapi ada satu kekeliruan yang sering kita lakukan..kita sering nyari pasangan kayak gitu di tempat yang kurang tepat..(misalnya di mall, diskotik, atau tempat nongkrong)..nya pasti moal meunang atuh..!!istilah na oge neangan hiji jarum di tengah kandang jarami..kalo pun dapet pasti hanya dapet nu geulis jeung beunghar hungkul..(eta ge geulis na dipermak..trus nu beunghar teh da bapa na..)

kalo bisa mah nikah teh sekali seumur hidup (ideal na..=p)..nah kalo kita emang komitmen untuk membangun hubungan jangka panjang, maka milih pasangan teh harus bener2 serius dipertimbangkan..istilahna
mah bibit bebet bobot na..

tapi aya cara ti Rasul..jika engkau akan memilih pasangan, maka pilihlah berdasarkan 4 hal..karena kecantikannya, kekayaannya, keturunannya, dan agamanya..dan yang terbaik adalah engkau memilih pasangan karena agamanya..

maksudna bukan hanya islam hungkul, tapi bener2 solehah dan bisa ngebimbing kita ke jalan nu bener..memberi semangat untuk mencari nafkah yang halal..teu ngadorong korupsi..rajin ibadah..berbakti ka orang tua..jeung sajabana..

nah, kembali ke tips yang pertama.."carilah emas di toko emas"..jadi kalo mau nyari yang kayak gitu, cari di tempat nongkrongnya orang2 kayak gitu..misalnya di pengajian, masjid, atau pesantren..memang terkesan kolot dan membosankan..tapi itulah inti perjuangannya..(terinspirasi ariko nu keur rajin ka DT..=D)

sok lah, coba aja dulu pindah tempat tongkrongan dan jalan2..lalu perhatikan apa yang akan terjadi..

terus tips yang kedua adalah...(tunduh euy..engke deui we nya)

....bersambung

Minggu, 21 Juni 2009

PERNYATAAN SIKAP KAMMI Menyikapi Suksesi Kepemimpinan Nasional 2009

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.


Momentum Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 adalah agenda strategis kita sebagai sebuah bangsa. Kejernihan suara rakyat lantang menyuarakan kepada kita semua agar momentum strategis ini mengarah kepada kemenangan rakyat di atas kemenangan partai, golongan maupun pasangan Capres-Cawapres.

Momentum ini juga merupakan sebuah kesempatan did alam ruang sejarah kita untuk mencipatakan tatanan demokrasi yang substansial dengan lahirnya pemimpin bangsa yang memiliki sikap kenegarawanan sehingga mampu memimpin masyarakat Indonesia meraih cita-citanya sebagai bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.

Melalui momentum strategis ini maka dengan ini Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menyatakan sikap:

  1. KAMMI tetap berpijak pada fatsun gerakan mahasiswa sebagai gerakan indepeden yang tidak memenangkan pasangan manapun kecuali memenangkan suara rakyat.
  2. KAMMI mendorong berlangsungnya proses demokrasi secara sehat, dewasa, sportif, menjunjung tinggi etika dan moralitas serta berjiwa negarawan.
  3. KAMMI menyerukan kepada seluruh pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan permusuhan dan perpecahan sebagai sesama anak bangsa.
  4. KAMMI mendesak KPU sebagai penyelanggara PEMILU Presiden untuk menegakkan profesionalitas dan netralitas sehingga tidak mencederai demokrasi.
  5. KAMMI menyeru kepada masyarakat agar dapat menggunakan hak pilihnya dan menjadi pemilih kritis, proaktif, selektif dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Demikian pernyataan sikap ini KAMMI sampaikan sebagai bagian dari generasi baru rakyat Indonesia yang memiliki mimpi dan kesungguhan untuk berjuang mewujudkan kejayaan Indonesia. Salam Perjuangan!

Wassalammualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Jakarta, 18 Juni 2009

Pengurus Pusat KAMMI Periode 2008-2010

Rijalul Imam, S.Hum., M.Si

Ketua Umum

Keikhlasan Dalam Proses Regenerasi Kepemimpinan

Oleh Syamsul Ma’arief

Ketua Umum KAMMI Daerah Bandung periode 2008-2010

Bismillah…

“…Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim…”
(QS Ali Imran : 140)

Malam kemarin (16/06) saya membaca status yang ditulis oleh seorang qiyadah di sebuah organisasi. Isinya ucapan perpisahan kepada seluruh orang yang telah memberinya dukungan dan doa selama beliau menjabat sebagai pimpinan tertinggi organisasi tersebut. Sangat dewasa, gentle, dan menggambarkan mental negarawan. Beragam tanggapan pun berdatangan, mulai dari yang salut, sakit hati, bahkan sampai mencaci maki pihak yang telah mengkudetanya.

Sebelum menanggapi hal tersebut, ada baiknya kita renungkan kembali peringatan dari Allah SWT :

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maa’idah : 8)


Regenerasi kepemimpinan adalah suatu hal yang niscaya dalam sebuah organisasi. Baik dengan jalur formal maupun informal. Ada yang lengser karena memang habis masa jabatannya, ada juga yang dilengserkan sebelum waktunya karena telah melanggar anggaran dasar dari organisasi tersebut. Untuk cara yang pertama, mungkin suatu hal yang biasa, tapi tidak dengan cara yang kedua. Pelengseran sebelum waktunya pasti akan menyisakan rasa sakit hati, marah, kecewa, bahkan dendam. Mungkin sang qiyadah sudah ikhlas atas keputusan tersebut, tapi mungkin tidak dengan para pengikut atau pendukungnya.


Maka diperlukan suatu kedewasaan dalam bersikap. Tidak selamanya hal yang kita anggap baik, bermakna baik pula di hadapan Allah. Begitupun sebaliknya.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah : 216)


DR. Aidh Abdullah Al Qarni dalam salah satu tulisannya mengatakan bahwa berapa banyak sebuah bencana yang kemudian berubah menjadi anugerah kenikmatan. Senantiasa ada kebaikan dalam suatu keadaan yang tidak disukai. Dahulu, orang tua kita Adam A.S. pernah memakan buah dari sebuah pohon dan ia menentang perintah Rabbnya. Karena pelanggaran itu, ia pun diturunkan dari surga ke muka bumi. Secara lahir, peristiwa ini menyebutkan bahwa Adam meninggalkan sesuatu yang sudah sangat baik dan benar. Adam dalam kisah itu eksplisit terjerumus dalam suatu keburukan. Tapi ternyata, akibat dari peristiwa itu justru kebaikan yang luar biasa, dan karunia yang sangat agung.


Allah SWT kelak menerima taubatnya, lalu memberi petunjuk kepada Adam A.S., dan memilihnya menjadi seorang Nabi yang kelak menjadi rahim lahirnya keturunan para Nabi, para Rasul, para ulama, para syuhada, para wali, para mujahidin, para ahli ibadah, dan lainnya. Subhanallah, maha suci Allah…


Maka kini yang diperlukan adalah suatu keikhlasan dalam beramal, kelapangan dalam memaafkan, dan kecintaan dalam berukhuwah. Karena bukankah kita semua bersaudara?

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al Hujuraat : 10 )


Dan yang terpenting adalah peningkatan ketakwaan kepada Allah SWT. Karena hanya dengan takwa lah kita semua akan mendapat rahmatNya. Kemudian dari rahmatNya lah kita akan dimasukkan ke dalam surgaNya. Tujuan hakiki kita.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman. Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (QS Al Hijr : 45-48)


Sebagai penutup, saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengutip apa yang dikatakan oleh Nabi Allah Musa A.S., sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur’an :


Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang."
(QS Al A’raaf : 151)

Wallahua’lam bishshowwab… Alhamdulillah…

Bandung, 17 Juni 2009

Senin, 08 Juni 2009

DILEMA

DILEMA


"...seorang kader tidak harus mengikuti seluruh keputusan jamaah..tapi ia WAJIB menghormati seluruh keputusan jamaah..."


Nasi sudah menjadi bubur, tak ada gunanya menyesali apa yang terjadi. lebih baik kita sekarang bersama-sama berkreasi agar bubur itu bisa menjadi bubur spesial. ya, tinta telah mengering, dan keputusan sudah diambil. maka kini saatnya bagi kita untuk melaksanakan keputusan tersebut. bukan malah terus-terusan protes dan sibuk mencari alasan. bahkan bersikap seakan-akan kita lebih baik dan lebih paham dari mereka.

Al fahmu memang penting. al 'ilmu qobla 'amal katanya. tapi beramala juga tidak kalah pentingnya. tidak semua hal bisa dirasionalisasikan dengan akal. bahkan banyak hal yang berada di luar nalar manusia. kita hanya perlu mengimaninya, dan kemudian mengamalkannya.

Kalo seandainya Nabi Nuh banyak bertanya mengapa ia diperintahkan membuat kapal besar di tengah padang pasir yang gersang, niscaya ia pun akan ikut terbawa bencana air bah tersebut. kalo seandainya Nabi Musa banyak bertanya untuk apa tongkatnya dipukulkan ke sisi lautan, niscaya ia dan para pengikutnya akan tewas di tangan Firaun. maka sudah bukan waktunya lagi kita banyak bertanya. berpikirlah secara dewasa. jadikan iman dan ukhuwah sebagai landasan. semoga beroleh berkah. wallahua'lam...

Senin, 01 Juni 2009

Awal Sebuah Langkah

Bismillah...

“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...” (QS Ar-Ra’d : 11)


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang atas karunia-Nya lah kita masih diberikan nikmat iman, nikmat Islam dan juga segala nikmat lainnya yang seringkali tidak kita sadari. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan kita semua, Muhammad Rasulullah SAW, manusia biasa dengan misi yang sangat luar biasa.


Saudaraku, betapa segala realita kehidupan yang tampak pada hari ini telah mengajarkan kepada kita semua, bahwa umat muslim sedang berada pada titik nadirnya. Di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, bahkan sampai pada bidang pertahanan dan keamanan sekalipun, umat muslim masih berada di bawah dominasi orang-orang dzalim.


Lalu apakah yang masih bisa diharapkan dari sebuah umat yang telah digerogoti oleh berbagai penyakit ganas dalam semua aspek kehidupannya ini? Ada diktatorisme dan perpecahan antar golongan dalam berpolitik, ada dominasi asing dalam berekonomi, ada atheisme dan hedonisme dalam kehidupan bermasyarakat, pembodohan dalam sistem pendidikan, permainan kepentingan dalam dunia hukum, apatisme dari orang terdidik, kebakhilan dari orang kaya, dan juga keserakahan dari para penguasa, serta masih banyak lagi gejala memprihatinkan lainnya.


Tapi sesungguhnya keprihatinan ini tidak akan bertahan selamanya. Karena roda kehidupan ini akan terus berputar. Sebagaimana Allah kabarkan dalam Surat Al Insyirah ayat 5-6 :

“...Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan... ”


Maka begitulah fitrah kehidupan. Bahwa setelah malam yang begitu pekat, insya Allah akan segera diikuti dengan munculnya cahaya fajar yang menerangi alam semesta.

Saudaraku, oleh karena itu janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah. Janganlah kita pesimis dalam menghadapi permasalahan umat ini. Karena Allah telah menjanjikan kebaikan bagi setiap orang ataupun umat, yang senantiasa menyiapkan diri untuk menyambut datangnya momentum kebangkitan itu. Lalu siapakah gerangan orang ataupun golongan yang akan menjadi inspirator bahkan pengusung dari momentum kebangkitan ini?!


Jawabannya adalah PEMUDA!! Bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang. Bahwa di tangan pemuda lah tertumpu segala mimpi dan harapan umat ini. Maka KAMMI sebagai suatu organisasi pergerakan pemuda Islam, harus mengambil peranan penting dalam mewujudkan harapan umat ini. KAMMI harus menjalankan fungsinya tidak hanya sebagai Agen Perubahan (Agent of Change) tapi juga sebagai Pengarah Perubahan (Direct f Change).


Maka, sudah semestinya KAMMI mulai merencanakan Grand Design dalam mengusung gerakannya di masa yang akan datang. Dalam aspek internal, sebagai organisasi berbasis kampus, maka KAMMI harus menjadi suatu lembaga yang menjadi basis kaderisasi siyasi kampus itu sendiri. Ketika KAMMI telah menjadi basis kaderisasi siyasi kampus ini, maka diharapkan kader-kadernya akan menjadi akselerator dalam membangun imperium dakwah di kampus. Realisasi amalnya adalah setiap kader KAMMI dapat secara aktif berperan dalam membangun struktur Student Government dengan berkontribusi langsung dalam lembaga kemahasiswaan yang ada.


Dengan kehadiran kader KAMMI di lembaga kemahasiswaan ini, maka setiap kader KAMMI akan mendapatkan stigma positif sebagai elemen mahasiswa yang merupakan representasi dari masyarakat kampus. Dalam konteks logika kepentingan, maka setiap orang ataupun lembaga yang dapat merasakan manfaat dari kehadiran KAMMI maka mereka merupakan aset rekrutmen dari golongan ammah dalam menambah kekokohan bangunan dakwah ini.


Sedangkan dalam aspek eksternal, sebagai gerakan ekstra parlementer, maka KAMMI harus menjadi suatu organ kritis dalam mengawal setiap kebijakan yang ada, baik dari lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Akan tetapi, dalam tataran eksekusi maka KAMMI tidak dapat bergerak sendirian. Maka KAMMI juga harus mulai merekonstruksi basis jaringan di setiap lapisannya, antara lain jaringan elit politik, tokoh, pakar, gerakan maupun media massa. KAMMI harus menjadi lokomotif gerakan bagi setiap jaringan ini. Dengan kuatnya jaringan ini, maka diharapkan dapat semakin memperkuat barisan kekuatan yang dimiliki. Dan yang paling penting, KAMMI pun jangan sampai melupakan perhatiannya pada masyarakat secara langsung. Baik melalui sarana advokasi, maupun pencerdasan kepada masyarakat.


Saudaraku, teruslah tanamkan pemahaman ini sebagai sebuah keyakinan dalam hati-hati kita, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hati-hati kita pun dapat bersatu di bawah naungannya. Jangan hanya jadi penonton, tapi bersegeralah mengambil peran. Karena dari tangan kita lah kebangkitan umat ini akan niscaya. Semoga Allah senantiasa bersama mukhlisin. Terus optimalkan ikhtiar kita, dan selebihnya biar Allah yang memenangkan urusan-Nya. Wallahu a’lam. Alhamdulillah..